aku menusuk tumpul tanduk ular, luka paling merdu dari cakar pari di dekat rumah, di belahan tiga pantat sepelana. cukup-cukuplah menahan jerit tuhan, merayu karpet di tikungan mulut bocor yang menempel di bibir ceret yang cemberut. membuat lubang batu empuk, bau darah. lalu setelah titik selalu luka, untuk spasi menanam surga ke dalam duri..
Senin, 17 Maret 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Profile
Bagus Dwi Danto - Lahir di Semarang 28 Oktober 1978, tumbuh di Purwokerto sebagai anak geng yang gemar balapan motor. Semasa kuliah main gitar dan bernyanyi bersama bandnya yang sudah bubar, mementaskan beberapa naskah teater, menerbitkan secara berkala media kajian sastra dan budaya, dan membuat grup eksperimental musik-puisi. Sekarang bermukim di Jogja bersama seorang pelukis abstrak dan keluarganya yang baik hati, bekerja freelance membuat disain media. Hobinya, memotret dan olahraga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar